top of page

Sesi 1C

Bencana Iklim Semakin Mengancam: Cara Membangun Sistem Adaptasi dan Ketahanan yang Ampuh

Climate Disasters Are Here! How to Build an Effective System of Adaptation and Resilience

Krisis iklim telah memicu berbagai bencana seperti gelombang panas ekstrem, banjir, kekeringan, dan longsor yang semakin membahayakan masyarakat—terutama petani, nelayan, komunitas pesisir, masyarakat adat, dan kelompok marjinal lainnya. Antara Desember 2024 hingga April 2025, sekitar 48,6 juta orang di Indonesia (17% populasi) terpapar gelombang ekstrem selama lebih dari 30 hari akibat aktivitas manusia seperti pembakaran fosil. Pada periode Januari–awal Maret 2025, terjadi 641 peristiwa bencana hidrometeorologi—dari banjir, longsor, hingga kekeringan—yang secara langsung mengganggu mata pencaharian dan kualitas hidup ratusan ribu warga. Fenomena ini semakin parah karena suhu pada Mei 2025 tercatat lebih panas 0,32 °C dibanding rata-rata jangka panjang biasanya. Kondisi ini semakin menekan kelompok rentan melalui penurunan kualitas hidup, hilangnya sumber penghidupan, dan kesenjangan akses terhadap sumber daya penting.

Saat ini, berbagai langkah pencegahan bencana dan adaptasi dari dampak krisis iklim tengah diupayakan melalui penyusunan rancangan Pembangunan Berketahanan Iklim (PBI) yang telah disusun oleh Low Carbon Development Indonesia (LCDI) dan Rencana Adaptasi Nasional (NAP) yang sedang dirumuskan oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) RI. Namun, implementasi dari rancangan pembangunan tersebut belum terlihat secara nyata, dan hingga saat ini, NAP pun belum disahkan. Padahal, masyarakat sudah merasakan dampaknya secara langsung.

Sesi ini bertujuan untuk mendiskusikan solusi dan langkah-langkah untuk memperkuat ketahanan iklim dengan mengangkat upaya pemerintah dan institusi terkait, mendengarkan langsung dampak yang dirasakan masyarakat, serta mendorong partisipasi bermakna dalam kebijakan iklim ke depan.

The climate crisis has triggered a surge in disasters from extreme heatwaves, floods, droughts, to landslides that increasingly threaten vulnerable communities, including farmers, fishers, coastal residents, indigenous groups, and other marginalized populations. Between December 2024 and April 2025, around 48.6 million Indonesians (17% of the population) were exposed to prolonged extreme heat for over 30 days, largely driven by human activities such as fossil fuel burning. In just the first quarter of 2025, Indonesia experienced 641 hydrometeorological disasters—mostly floods, landslides, and droughts—that directly disrupted the livelihoods and well-being of hundreds of thousands. These impacts were further worsened by higher-than-normal temperatures in May 2025, which were recorded at 0.32°C above the long-term average. Vulnerable groups are bearing the brunt, facing deteriorating living conditions, loss of income sources, and growing inequality in access to essential resources.

In response, several initiatives aimed at disaster prevention and climate adaptation are underway. These include the draft Climate Resilient Development Plan (PBI) led by Low Carbon Development Indonesia (LCDI), and the National Adaptation Plan (NAP) currently being formulated by the Ministry of Environment of Indonesia. However, implementation remains sluggish, with the NAP yet to be finalized, while communities are already experiencing the impacts of the climate crisis.

This session will explore concrete pathways to strengthen climate resilience by highlighting government and institutional efforts, amplifying voices from affected communities, and fostering inclusive participation in shaping future climate policy.

Panelist and Moderator

Logo Climate Unit 2.png

© 2021-2025 Foreign Policy Community of Indonesia

Sekretariat FPCI

Mayapada Tower 1, 19th Floor, Unit 02

Jl. Jenderal Sudirman Kav. 28

South Jakarta, Jakarta 12920

  • YouTube
  • Twitter
  • Facebook
  • Instagram
bottom of page